Sabtu, 13 April 2013

Mengatasi Writer’s Block

“Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang engkau ketahui, tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri, itulah yang saya lakukan”
JK Rowling (Penulis best seller Internasional book Harry Potter)

  Seorang penulis sejati adalah seorang yang selalu produktif menghasilkan karya-karya dan dapat mengaktualisasikan isi kepalanya dalam sebuah karya tulis, namun dalam perjalanannya, seorang yang bercita-cita sebagai penulis pastinya akan menjumpai banyak hambatan dan rintangan, karena suatu keahlian itu tidak datang secara cuma-cuma. Terkadang ketika kita hendak memulai untuk  menuangkan ide dan gagasan kedalam suatu karya, tidak semudah saat kita memikirkannya, ada suatu keadaan dimana kita kehabisan ide dan kata-kata hingga akhirnya timbullah rasa jengkel sehingga kita memutuskan untuk berhenti menulis. 
   Writer’s Block atau kebuntuan menulis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan tersebut. Writer’s block ini kerap menyapa penulis saat akan memulai untuk membuat tulisan atau ketika penulis berada ditengah-tengah proses penulisan. Ada empat idikator mengapa writer’s block ini terjadi yaitu:
  • Penulis memiliki perbendaharaan kata yang relatif sedikit.
  • Referensi menulis sangat kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan untuk mengalirnya ide (hal ini sering juga membuat frustasi).
  • Ide menulis berkembang terlalu luas sehingga menyasar ke sana ke mari dan akhirnya membuat bingung.
  • Topik tulisan memang tidak dikuasai sepenuhnya oleh penulis.
     Lalu bagaimana cara mengatasi writer’s block tersebut ? Cara paling ampuh dalam mengatasi kebuntuan menulis adalah dengan dengan menstimulus kembali ide-ide atau kata yang sudah mampet dengan mancari inspirasi sebanyak mungkin, yaitu dengan cara :
1. Membaca bacaan yang ringan seperti majalah atau buku populer.
2. Berjalan-jalan atau bersilaturahmi untuk menambah wawasan dan mencari sumber ide baru.
3. Melakukan brainstorming atau membuka forum diskusi bersama kawan yang memiliki passion di      bidang yang sama.  Banyak hal-hal baru yang akan kita dapatkan saat melakukan diskusi, kita pun akan mendapatkan masukan  yang konstruktif dari kawan yang memiliki passion yang sama, dalam proses diskusi  kita akan terbuka pikirannya untuk melihat masalah dari persepsi yang berbeda, tentunya itu akan menjadi pertimbangan saat kita akan mulai menulis.
4. Mencari sumber-sumber referensi lain dari perpustakaan. Dengan menambah jumlah referensi, tulisan yang kita buat pastinya akan semakin kaya dan pembahasan menjadi lebih komprehensif. Jika kita membuat karya fiksi, pastinya cerita akan lebih menarik untuk dibaca karena kita bisa mengembangkan pola pikir out of the box.
5. Mulailah menulis dari hal-hal kecil. Hal-hal kecil biasanya membuahkan suatu karya yang besar, sepeti yang dilakukan oleh JK Rowling saat berusaha untuk menjadi seorang penulis. Kegiatan tulis menulis haruslah dilakukan secara terus-menerus agar kita lebih terasah dan terampil, menulis ini haruslah menjadi agenda kita setiap hari. Sesuatu yang dilakukan berulang-ulang nantinya akan menjadi sebuah kebiasaan, kebiasaan yang berulang nantinya akan membentuk karakter. Karakter inilah yang akan menjadikan kita sebagai penulis professional yang selalu berkarya. Mulailah menulis dari sebuah jurnal pribadi, catatlah setiap kejadian menarik yang kita temui dalam perjalanan kehidupan.
6. Mencari inspirasi dari Al-Qur’an, Al-Qur’an bukanlah sumber bacaan biasa, dalam Al-Qur’an kita akan mendapatkan banyak inspirasi dari kisah-kisah yang bermakna, bahkan tulisan kita akan lebih terasa ruh nya ketika kita mencari inspirasi dari Al-Qur’an karena apa-apa yang tertulis di Al-quran merupakan kalam Illahi. Mencari inspirasi dari Al-Quran juga adalah salah satu upaya kita sebagai hamba Allah  SWT untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.
7. Ada suatu formula khusus yang disampaikan dari Kang Topik Mulyana untuk para calon penulis yaitu 3M+3M, 3M= Membaca, Membaca dan Membaca + 3M = Menulis, Menulis dan Menulis. Dengan menerapkan formula 3M+3M ini niscaya kita akan menjadi penulis produktif yang terus berkarya.
Semangat, Keep Writing ! :)

Sumber : Bambang Trim, Menjadi Powerfull da'i dengan menulis buku.

Minggu, 17 Maret 2013

Sepuluh Muwashaffat

Sepuluh muwashaffat  adalah sepuluh sifat dasar yang harus dimiliki seorang muslim jika ingin menjalankan islam secara kaffah.

1.      Salimul Aqidah, yaitu akidah yang bersih dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya kedalam lubang syirik.  Aqidah adalah Basic Knowledge yang harus dimiliki setiap muslim dan harus menjadi fondasi awal yang mengakar ke dalam diri seorang muslim, akar yang menancap kuat akan mengahasilkan pohon yang berdiri kokoh dan menghasilkan cabang yang banyak dan rindang juga buah yang manis, lihat QS: Ibrahim 24-25 Rasulullah sendiri berdakwah selama 13 tahun membahas tentang aqidah secara terus menerus hingga para sahabat memiliki kekuatan untuk berdakwah di medan dakwah. Jadi jika aqidah kita sudah bersih dan kuat maka akan tercermin kedalam setiap karakter kita juga dalam segala motif tingkah laku kita sehari-hari.

2.      Shalihul ibadah, yaitu benar ibadahnya menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah serta jauh dari segala bid’ah  yang dapat menyesatkannya.


3.      Matinul Khuluq, yaitu mulia akhlaknya sehingga dapat menunjukkan sebuah kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang.

4.      Qowiyyu Jismi, yaitu kuat jasadnya, seorang muslim haruslah menjadi pribadi yang kuat secara fisik dan tidak lemah.


5.      Mutsaqoful fikri, yaitu luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi disekitarnya.

6.      Qadirun ‘Alal kasbi, yaitu mampu berusaha sehingga menjadikannya seseorang yang berjiwa mandiri


7.      Mujahiduun linafsihi, yaitu ersungguh-sungguh dalam jiwanya sehingga dapat memerangi hawa nafsu.

8.      Munazhom fii su’nihi yaitu tertata dalam urusannya. 


9.      Haarisun Ala waqtihi, yaitu manajemen waktu yang baik sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.

10.  Naafi’un li ghairihi, yaitu bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadikannya seseorang yang bermanfaat dan dibutuhkan. Keberadaannya menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan ketidakhadirannya dirindukan.


Sabtu, 16 Maret 2013

EYD, Bukan Hanya Sebatas Aturan dan Kaidah


“Jika hendak mengenal orang berbangsa, lihatlah kepada budi dan bahasa.” Raja Ali Haji (Gurindam Dua Belas pasal 5)

      Ahad 10/03/2013, para peserta kuliah kepenulisan menghadiri kelas Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang dibawakan oleh kang Topik Mulyana di gedung pertemuan Konferensi Asia Afrika. Para peserta mengikuti kuliah tersebut dengan penuh antusias juga semangat belajar yang tinggi, meskipun latar tempat yang disediakan sangat nyaman, tidak  lantas membuat kantuk berhasil menggoda para peserta. Kang Topik mengawali pembahasan melalui sebuah pemaparan  kronoligis tentang sejarah kelahiran dan perkembangan bahasa Indonesia dimulai dari zaman prasasti, lalu pada masa-masa penjajahan eropa, hingga kedatangan bangsa Arab di Indonesia. Dari berbagai macam bangsa yang sempat singgah di Indonesia, ada suatu proses penanaman nilai dan pengaruh yang sangat kuat di Indonesia yang dilakukan oleh bangsa-bangsa tersebut, hal itu sederhananya tercermin dalam bahasa yang mulai dipergunakan oleh masyarakat Indonesia. Ketika penjajahan Belanda, banyak pemuda yang lebih berbangga diri ketika dapat berunjuk diri dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Belanda, karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Belanda saat itu dianggap sebagai barang mewah yang harus ditebus dengan mempelajari bahasa yang mereka gunakan. Ada suatu pergeseran nilai saat bahasa Melayu saat itu dianggap sebagai bahasa rendahan. (Digunakan oleh strata kalangan bawah yang tidak mengenal pendidikan.)
    Hal ini membuat bangsa Indonesia kehilangan identitas dan jati dirinya karena tidak memiliki wibawa sebagai sebuah bangsa yang utuh, sebuah bangsa yang utuh haruslah tercermin dalam bahasa yang dimilikinya. Kesadaran akan krisis identitas ini memuncak dikalangan para pemuda bangsa Indonesia, hingga pada tahun 1928 tercetuslah Kongres Pemuda II, yang melahirkan sebuah piagam yang kita sebut sebagai sumpah pemuda, sumpah pemuda ini adalah sebuah komitmen dari para pemuda Indonesia untuk berjuang mempertahankan idealisme nasional dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan Indonesia, salah satunya lewat bahasa, bahasa  Indonesia.
        Menurut kang Topik, bahasa bukan hanya sekedar kata-kata dan frase, sesungguhnnya dalam sebuah bahasa itu terkandung pola pikir dan nilai-nilai yang dianut oleh sebuah bangsa. Sebuah kaidah bahasa yang baik akan menambahkan kesan wibawa karena kaidah itu dibentuk bukan hanya berdasarkan perasaan nyaman atau tidak nyaman, namun dilandaskan kepada suatu perhitungan matematis yang berdasarkan logis atau tidak logis juga memerlukan keahlian khusus dalam penggunaannya, hal itu memperlihatkan sebuah bangsa yang berpikir, itulah mengapa bangsa yang maju memiliki sebuah wibawa yang tercermin dari cara bangsa tersebut berbahasa.
       Definisi EYD sendiri adalah keseluruhan peraturan tentang cara melambangkan bunyi-bunyi ujaran, cara menempatkan tanda-tanda baca, cara memenggal kata, dan cara menggabungkan kata. (Suryaman, 1998 :7; dengan penyesuaian) kita sebagai bangsa Indonesia yang baik, seharusnya melanjutkan perjuangan para pendahulu kita yang sudah susah payah memberikan kepada kita berupa fasilitas penggunaan standar kaidah dan tatanan Bahasa Indonesia, lalu  saat ini tombak estafet itu  ada di tangan kita, mampukah kita melestarikan impian-impian para pejuang pendahulu kita? Mari, gunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan aturan Ejaan Yang Disempurnakan!

Minggu, 24 Februari 2013

Forecasting



   Semester tiga kemarin saya berkesempatan untuk mempelajari  mata kuliah yang berhubungan dengan metode penelitian ilmiah, yaitu metode quantitative, darisana saya mengenal suatu metode penelitian yang berjudul “Forecasting”. Forecasting dalam bahasa inggris, yang jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya adalah ramalan. Ramalan seperti yang kita ketahui sangat  erat kaitannya dengan masa depan. Kita dapat menerawang jauh melihat masa depan, saat kita berada di garis masa sekarang. Ramalan yang saya pelajari ini bukanlah suatu yang bersifat intuitive atau berdasarkan perasaan tertentu dengan ilmu magis  yang bersifat abstrak dan gaib. Ramalan disini adalah sebuah perhitungan yang diharapkan akurat,  dengan kalkulasi yang tepat dan teliti untuk mendapatkan suatu  proyeksi dimasa mendatang.  Jadi sederhana nya, kita bisa meramalkan masa depan dengan suatu metode penelitian yang ilmiah. Tidak selalu akurat, namun sangat tepat. Ketika ramalan membicarakan tentang waktu, teori tersebut mengatakan bahwasanya kita bisa memproyeksikan masa depan melalui sejarah kronologis  kita di masa lalu. Sejarah masa lalu adalah referensi kita dimasa mendatang. 
Lalu apa yang ingin saya sampaikan?
Saat mendengarkan pembicara di karisma bercerita tentang keorganisasian, Dua kali saya mendengar statement ini dari dua orang yang berbeda, yaitu kang rino dan kang afdhil.. “ keberhasilan suatu periode sangat dipengaruhi oleh keberhasilan periode sebelumnya”
Apa artinya.. ? Dalam konteks organisasi saya rasa jika kita melakukan kinerja terbaik di hari ini, itu artinya kita sedang berinvestasi untuk mengukir sejarah prestasi dimasa mendatang yang kesuksesannya bukan hanya dinikmati oleh diri kita sendiri, namun akan kita turunkan pula kepada generasi dibawah kita. Pun teori ini dapat digunakan dalam berbagai bidang di segala aspek kehidupan.
Jikalau hari ini kita mempersiapkan segala sesuatu untuk hari esok dengan perencanaan (road map) yang matang, lalu kita menjalaninya dengan bersungguh-sungguh, maka masa depan yang cerah sudah pasti milik kita. Hal itu sangatlah ilmiah..
Sejalan dengan apa yang Allah SAW perintahkan kepada ummat manusia agar selalu berusaha yang terbaik dalam menjalani kehidupan baik saat kita mengejar kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11

Maka mulai dari sekarang, marilah kita bersama-sama menjadi seorang peramal yang ilmiah..
Mari kita ramalkan masa depan kita di dunia maupun di akhirat.. lalu buatlah perencanaan untuk menggapai ramalan kita tersebut, dan lakukanlah yang terbaik sesuai dengan perencanaan yang telah kita buat.. insya Allah dengan izin-Nya, ramalan akan menjadi kenyataan.. ^^

wallahu 'alam ..


Senin, 11 Februari 2013

Tiga Visi Dakwah Rasulullah


Dapat artikel ini dari majalah sabili edisi jaman baheula, dari rubik Takwin oleh M. Nurkholis Ridwan.
No.24 TH. IX 30 MEI 2002/17 RABIUL AWAL 1423

Tiga Visi Dakwah Rasulullah

Dakwah, tak diragukan lagi, telah memainkan peran penting bagi tegaknya pilar-pilar masyarakat dan peradaban islam. Dakwahlah yang membuat pesan utama islam sebagai rahmat bagi alam semesta dapat terejawantah secara nyata. Sebuah fakta menarik menyebutkan, cuma sedikit sahabat Rasulullah saw yang wafat di Makkah dan Madinah, karena menyebar ke berbagai penjuru dunia demi menyebarkan islam.
Sebagai sebuah misi yang membawa pesan perubahan, dakwah islamiyah mempunyai visi dan pilar yang dipetik dari sirah Rasulullah saw sebagai juru dakwah islam pertama. Mulai dari metode, isi hingga berbagai penyikapan beliau terhadap masalah-masalah yang dihadapi ummat islam menjadi acuan bagi para juru dakwah selanjutnya. Tentu saja, akan begitu banyak varian dalam realitas kehidupan kontemporer, sebagai sebuah konsekuensi logis dari kehidupan yang tumbuh dinamis. Sebab dakwah ada bersama kehidupan itu sendiri, dengan tujuan melahirkan generasi dan masyarakat muslim sejati.
Saat Rasulullah saw memulai dakwahnya di Makkah, pesan pertama yang beliau sampaikan adalah tauhid. Tauhid adalah inti ajaran para rasul, yang merupakan demarkasi antara iman dan kufur (QS an-Nahl :36). Setelah seseorang meyakini dan bersaksi akan keesaan Allah dan Muhammad saw sebagai utusannya, barulah babak baru dimulai. Ia harus patuh dan tunduk pada segala aturan islam.
Tauhidullah menurut tiga hal dari diri setiap muslim; pertama, menyerahkan semua ibadah dan perbuatannya hanya kepada Allah (Tauhid Uluhiyyah) kedua, meyakini keesaan Allah terhadap hak-hak ketuhanan, seperti menciptakan, memberi rezeki, maha memiliki, dsb (Tauhid Rububiyah). Ketiga, meyakini nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT seperti yang diterangkan dalam al-Quran dan as-Sunnah (Tauhid Asma’ wa ash-Shifaat), apa adanya tanpa interpretasi. Sebab, hanya Allah yang mengerti hakikat sifat-sifat-Nya “Tak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” (QS asy-Syuura: 11).
Tauhid diletakkan sebagai pesan pertama, sebab dari sanalah pondasi aqidah dan syariah dalam diri seorang muslim dibangun. Kerancuan aqidah, ibarat virus yang membuat bangunan keislaman seseorang runtuh. Tak heran jika seseorang yang dengan sadar melakukan syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya,” (QS an-Nisa’:49).
Contoh lebih jelas lagi adalah ketika seseorang memahami takdir secara fatalis (jabariyah), dimana manusia tidak mempunyai kehendak apapun dan hanya mengikuti kehendak Allah SWT. Manusia, dalam perspektif jabariyah, hanya ibarat wayang yang dipermainkan kesana kemari oleh sang dalang. Akibatnya, penganut paham seperti ini tak peduli apakah yang ia lakukan itu adalah ketaatan atau kemaksiatan . Sebab menurut keyakinannya, ia hanya mengikuti kemauan Allah SWT. Tentu jika ini terjadi, dapat dibayangkan akibat negatifnya di tengah-tengah masyarakat.
Berbagai fenomena syirik yang berkembang di tengah-tengah masyarakat seharusnya jadi perhatian para da’i, sebelum melangkah ke tema-tema dakwah lainnya. Keyakinan tertentu terhadap ‘benda keramat’, berdoa kepada orang yang telah meninggal, banyaknya paranormal yang merupakan pengikut syaithan, dan lain-lain adalah fenomena yang begitu sering kita temui di masyarakat.
Setelah tauhid, pesan dakwah selanjutnya adalah ittiba’ (mengikuti Rasulullah saw). Para ma’du (yang didakwahi) harus diyakinkan bahwa dalam beribadah bukan Cuma keikhlasan dan niat baik yang dibutuhkan, tapi juga kesesuaian dengan apa yang diontohkan oleh Rasul saw. Dalam hal ini, kedudukan al-Quran dan as-Sunnah sama dalam penetapan suatu hukum, baik itu berkenaan dengan ibadah (perbuatan) maupun keyakinan. Sebab hakikat sunnah adalah wahyu yang diturunkan kepada beliau. Sabda beliau, “ketahuilah bahwa aku diberikan al-Quran dan yang serupa dengannya (as-Sunnah),” (HR Abu Dawud).
Di samping tauhid, keutuhan (syumuliyah) pemahaman islam juga harus menjadi prioritas, karena islam tak sekedar ibadah ritual belaka. Tak ada perbedaan antara tuntunan Rasulullah saw tentang shalat dengan ajaran beliau tentang masalah jual-beli, pernikahan, politik, hukum positif. Beliau juga harus dipatuhi di atas seluruh makhluk, apapun kedudukannya, bahkan di atas orang tua sekalipun. Hal ini tentu saja tidak akan terwujud, kecuali jika kita mencintai beliau melebihi kecintaan kita terhadap seluruh makhluk Allah. Sabda beliau, “Tidak sempurna keimanan kamu hingga ia mencintaiku melebihi kecintaannya terhadap dirinya, orangtuanya, anaknya, dan terhadap seluruh manusia,” (HR Bukhari dan Muslim). Kenyataan inilah yang hilang di tengah-tengah masyarakat muslim. Begitu banyak sunnah ditinggalkan, bid’ah digalakan, dan pikiran lalu memainkan peran penting dalam memahami syariat islam.
Pesan selanjutnya adalah tazkiyah an-Nafs (pembersihan hati) . Ini di dasarkan pada firman Allah,       
“ Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengaharamkan kepada mereka Kitab dan Hikmah,” 
(QS Al-Jumu’ah: 2). 
Tazkiyah an-Nafs, seperti kata syekh Abdurrahman Abdul Khaliq, merupakan proses penyucian dan pengobatan hati dari segala kotoran dan cela. Hati yang bersih adalah hati yang jauh dari berbagai penyakit hati semisal dengki, dusta, khianat yang dicela oleh agama dan akal sehat.
Proses tazkiyah ini berlangsung dengan dilaksanakannya syariah islam secara lengkap dan menyeluruh, mulai aqidah, ibadah, hingga muamalah. Tak ada amalan khusus atau wirid-wirid tertentu, seperti yang diyakini oleh kalangan sufi. Shalat misalnya, merupakan unsur penting dalam proses tazkiyah, yang berfungsi mencegah dari perbuatan keji dan munkar (QS al-Ankabut : 45). Tak heran jika wanita yang rajin puasa di siang hari dan mengerjakan shalat di malam hari, tapi suka mencela tetangganya, oleh nabi saw digolongkan penduduk neraka (HR Bukhari, Ibnu Hibban, al-Hakim, dan Ahmad). Hikmahnya jelas, jika shalat dan puasanya betul maka ia akan dicegah dari perbuatan mengganggu tetangga.
Ibadah baik berkenaan dengan harta atau fisik adalah unsur utama dalam proses tazkiyah. Ia mengikat hati dengan Sang Pencipta sehingga terwujudlah ketakwaan di dalam hati. Siapa yang bertakwa dan takut pada Tuhan-Nya akan terjauh dari yang diharamkan. Kemaksiatanlah yang mengotori hati, dan ketaatanlah yang dapat membersihkannya. “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan buruk,” (QS Hud: 114)


Maha Benar Allah, semoga Allah swt menggerakkan hati kita untuk selalu berdakwah..
Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua..  amiin..

Ternyata, bahagia itu sederhana..

     Hari kamis kemarin, pasukan AKK kembali bergerilya untuk mengumpulkan botol-botol bekas di sekitaran kampus ITB, dengan harapan jumlah botol-botol bekas yang terkumpul dapat mencapai target yang ditetapkan. Botol-botol bekas tersebut dikumpulkan dengan tujuan untuk kebutuhan dekorasi dalam acara MY KEY. Salah satu event karisma dalam jangka waktu dekat ini. 


  Selama ini yang kita ketahui, mengumpulkan botol-botol bekas minuman adalah suatu pekerjaan yang melelahkan dan juga butuh pengorbanan yang luar biasa besar. Pasalnya, pekerjaan mengumpulkan botol bekas ini biasa dilakukan oleh para pemungut sampah. Pastinya mental dan rasa malu pun di uji. Namun, semua alasan tersebut tidak menjadi penghalang bagi para panitia untuk terus bergerilya, mencari dan terus mencari botol-botol bekas yang berserakan di jalanan, bahkan di tempat sampah sekalipun. Energi terbesar yang menggerakkan para panitia adalah suatu keyakinan, bahwa apa yang mereka lakukan tersebut bukanlah suatu hal yang sia-sia, karena Allah swt Maha Melihat, sekecil apapun kebaikan pastilah bernilai di sisi-Nya. Dan tidak ada yang rendah di Mata Allah swt, karena semua manusia pada hakikatnya adalah sama, hanya tingkat ketakwaanlah yang membedakan manusia dengan manusia yang lainnya. 

Hasilnya?

Botol-botol pun terkumpul sesuai dengan jumlah target yang di inginkan.. dalam waktu yang lumayan singkat. 
Dan sore itu di sekre akhwat karisma…

“Teh Lely…..!! Alhamdulillah botolnya udah kekumpul semua.. hihihi :D “ seyum dan tawa lepas menghias di wajah Evi. Mata Evi melirik ke arah tumpukan trashbag yang berisi botol-botol bekas dari berbagai macam merek minuman. Secercah harapan melambung di dalam senyumannya, peluh dan rasa capai seakan tidak terasa lagi.

“Alhamdulillah.. ternyata bahagia itu sederhana.. :D “ ungkap teh Lely yang saat itu turut tersenyum bahagia.. merasakan tularan kebahagiaan yang terhias di wajah Evi.

*Dengan redaksi yang berbeda, saya kurang pandai menggambarkan keadaan dan mungkin kisahnya tidak terlalu mirip dengan kenyataan. Namun, kisah ini yang terlukis di ingatan saya hari kamis lalu, rasa haru yang saya rasakan saat mendengar percakapan singkat antara Evi dan Teh Lely, harapannya bisa dirasakan juga oleh akang-akang dan teteh-teteh juga sahabat-sahabat sekalian.. memang, kebahagiaan itu sangatlah sederhana, tidaklah harus menunggu sampai kita di beri kelebihan harta, tidaklah harus menunggu sampai kita mendapatkan semua fasilitas yang di idam-idamkan, tidaklah harus menunggu sampai kita menjadi seorang jutawan, atau menjadi seorang yang terkenal juga populer, tidaklah harus menunggu saat kita bisa menginjak tempat paling indah sedunia, sejatinya, kebahagiaan itu sederhana, sangat sederhana, kebahagiaan itu ada dimana-mana, kebahagiaan itu ada dalam sebuah proses yang dimaknai secara sempurna, ada dalam keikhlasan dan ketulusan, dalam cinta dan semangat memberi. semoga ada hikmah yang bisa kita ambil dari kisah ini.. Maha Sempurna Allah yang telah menghembuskan rasa kepada ummat manusia, sehingga kita bisa merasakan apa yang kita sebut dengan kebahagiaan.


Saya simpan di blog sebagai kenangan, semoga bermanfaat.

Senin, 04 Februari 2013

Malukah Kita dengan Sosok Ayah


-Kalau kepada orang lain bisa lembut mengapa kepada orang tua sendiri, kita tidak bisa jauh lebih lembut dan memuliakannya-

Selepas acara wisuda di kampusnya, seorang pemuda mengajak ayahnya jalan-jalan mengelilingi kampus, karena ayahnya sangat ingin tahu bagaimana kampus anaknya, yang selama empat tahun anaknya menuntut ilmu di kampus tersebut. Ketika melewati hutan kampus, ayahnya berhenti dan memegang tangan anaknya sambil bertanya. “Nak, itu pohon apa?” sang sarjana menjawab pendek “Pohon Cemara” sambil segera melepaskan pegangan ayahnya karena malu dilihat orang-orang sekitar taman kampus.

Baru lima langkah berjalan, sang ayah kembali bertanya dan memegang tangan anaknya “Kalau itu pohon apa, Nak?” sang sarjana kembali melepas tangan ayahnya sambil menjawab agak malas-malas “itu juga sama, pohon cemara.”

Sang ayahpun kembali berjalan, ketika mau keluar dari taman kampus, sang ayah kembali memegang tangan anaknya “Nak, itu pohon apa?”

Kali ini sang sarjana, hilang kesabaran, dia menjawab dengan nada tinggi, “Ih ayah enggak ngerti-ngerti, itu pohon cemara, kenapa sih ayah Tanya-tanya terus.”

Sang ayah menjawab dengan nada sendu “Nak, ayah tidak bangga dengan gelar kesarjanaan kamu kalau ternyata sikap ananda seperti ini padahal dulu waktu kamu masih kecil, berulang kali kamu bertanya kepada ayah , dan ayah tidak cape menjawab, bahkan ribuan pertanyaan kamu, ayah tetap menjawab.. karena ayah sayang dan ingin kamu tahu. Tetapi ternyata setelah kamu menjadi sarjana, baru saja ayah bertanya tiga kali, kamu marah dan seakan malu berjalan dengan ayah, padahal waktu kamu kecil, ayah tidak malu membersihkan kotoran kamu di tempat umum, membersihkan ingus kamu ketika sedang pilek.. anaku.. pendidikan yang tinggi bukan ukuran kesuksesan, tetapi akhlak yang mulia adalah cirri pribadi yang dewasa.
Sang anak tertegun, sambil mencium kedua tangan ayahnya yang mulai keriput dia meminta maaf atas akhlak yang tidak terpuji ketika menjawab pertanyaan ayahnya.
Sang ayah mengusap, rambut anaknya sambil memberikan nasihat : Nak, berjalanlah di muka bumi dengan rendah hati terhadap siapapun, niscaya Allah Swt meninggikan derajatmu.

dikutip dari majalah Al-Hilal