“Jika hendak mengenal orang
berbangsa, lihatlah kepada budi dan bahasa.” Raja Ali Haji (Gurindam Dua Belas
pasal 5)
Ahad
10/03/2013, para peserta kuliah kepenulisan menghadiri kelas Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) yang dibawakan oleh kang Topik Mulyana di gedung pertemuan Konferensi
Asia Afrika. Para peserta mengikuti kuliah tersebut dengan penuh antusias juga
semangat belajar yang tinggi, meskipun latar tempat yang disediakan sangat
nyaman, tidak lantas membuat kantuk
berhasil menggoda para peserta. Kang Topik mengawali pembahasan melalui sebuah
pemaparan kronoligis tentang sejarah
kelahiran dan perkembangan bahasa Indonesia dimulai dari zaman prasasti, lalu
pada masa-masa penjajahan eropa, hingga kedatangan bangsa Arab di Indonesia.
Dari berbagai macam bangsa yang sempat singgah di Indonesia, ada suatu proses
penanaman nilai dan pengaruh yang sangat kuat di Indonesia yang dilakukan oleh
bangsa-bangsa tersebut, hal itu sederhananya tercermin dalam bahasa yang mulai
dipergunakan oleh masyarakat Indonesia. Ketika penjajahan Belanda, banyak
pemuda yang lebih berbangga diri ketika dapat berunjuk diri dan berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Belanda, karena kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi Belanda saat itu dianggap sebagai barang mewah yang harus ditebus
dengan mempelajari bahasa yang mereka gunakan. Ada suatu pergeseran nilai saat
bahasa Melayu saat itu dianggap sebagai bahasa rendahan. (Digunakan oleh strata
kalangan bawah yang tidak mengenal pendidikan.)
Hal
ini membuat bangsa Indonesia kehilangan identitas dan jati dirinya karena tidak
memiliki wibawa sebagai sebuah bangsa yang utuh, sebuah bangsa yang utuh
haruslah tercermin dalam bahasa yang dimilikinya. Kesadaran akan krisis
identitas ini memuncak dikalangan para pemuda bangsa Indonesia, hingga pada
tahun 1928 tercetuslah Kongres Pemuda II, yang melahirkan sebuah piagam yang
kita sebut sebagai sumpah pemuda, sumpah pemuda ini adalah sebuah komitmen dari
para pemuda Indonesia untuk berjuang mempertahankan idealisme nasional dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan Indonesia, salah satunya lewat bahasa,
bahasa Indonesia.
Menurut
kang Topik, bahasa bukan hanya sekedar kata-kata dan frase, sesungguhnnya dalam
sebuah bahasa itu terkandung pola pikir dan nilai-nilai yang dianut oleh sebuah
bangsa. Sebuah kaidah bahasa yang baik akan menambahkan kesan wibawa karena
kaidah itu dibentuk bukan hanya berdasarkan perasaan nyaman atau tidak nyaman,
namun dilandaskan kepada suatu perhitungan matematis yang berdasarkan logis
atau tidak logis juga memerlukan keahlian khusus dalam penggunaannya, hal itu
memperlihatkan sebuah bangsa yang berpikir, itulah mengapa bangsa yang maju
memiliki sebuah wibawa yang tercermin dari cara bangsa tersebut berbahasa.
Definisi
EYD sendiri adalah keseluruhan peraturan tentang cara melambangkan bunyi-bunyi
ujaran, cara menempatkan tanda-tanda baca, cara memenggal kata, dan cara
menggabungkan kata. (Suryaman, 1998 :7; dengan penyesuaian) kita sebagai bangsa
Indonesia yang baik, seharusnya melanjutkan perjuangan para pendahulu kita yang
sudah susah payah memberikan kepada kita berupa fasilitas penggunaan standar
kaidah dan tatanan Bahasa Indonesia, lalu
saat ini tombak estafet itu ada
di tangan kita, mampukah kita melestarikan impian-impian para pejuang pendahulu
kita? Mari, gunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan aturan Ejaan Yang
Disempurnakan!
Tulisannya bagus pisan, terasa seperti tulisan seorang pemudi dari zaman sumpah pemuda...semangat 45, hehe :).
BalasHapusSetuju, budi pekerti seseorang dapat terlihat dari tutur kata yang digunakannya.
Bahasa adalah salah satu budaya bangsa yang diwariskan dari para leluhur melalui sejarah yang panjang dan memiliki makna filosofis yang mendalam. Karena itu, bahasa dapat pula mencerminkan jati diri dari suatu bangsa.
Ironisnya, saat ini budaya Indonesia sudah mulai terkikis hingga mengalami krisis budaya. Pemuda Indonesia lebih mencintai budaya bangsa asing daripada budaya bangsa sendiri, merasa bangga menerapkan bahasa asing daripada bahasa bangsa sendiri, terbiasa menerapkan ejaan versi alay dibanding EYD, hehe...itulah realita saat ini.
Semoga kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, tetap berkomitmen untuk menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Tetap semangat menulis ya...Gapailah mimpimu, Nadya :)
"Ikatlah ilmu dengan menuliskannya"-Immam Ali
mohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan ^^v