Senin, 04 Februari 2013

Dialog antara kaisar Heraklius dengan Abu Sufyan


“Dan kami tidak mengutus seorang rosul pun sebelummu (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya : ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku. Maka sembahlah Aku olehmu sekalian.”    (Al-Anbiya : 25)


Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dengan sanadnya dari Ubaidillah bin Utbah bin Mas’ud bahwa Abdullah bin Abbas telah memberitahukan kepadanya bahwa Heraklius telah memanggilnya pada waktu ia sedang memimpin khalifah dagang Quraisy di Syam, bertepatan dengan perjanjian Hudaibiyah yang baru saja diadakan antara Rasulullah SAW denga kaum musyrikin Quraisy. Ketika itu Heraklius sedang berziarah ke Al Quds. Ia mengundang beberapa tokoh untuk menghadiri pertemuan yang diadakan tokoh-tokoh romawi disana dan dihadiri juga oleh seorang penerjemah. Inilah dialog tersebut:

Heraklius  : Siapa diantara tuan-tuan yang paling dekat kekeluargaannya dengan laki-laki yang mengaku   nabi itu?
Abu sufyan : Saya orang yang paling dekat kekeluargaannya.
Heraklius  : Dekatkan dia kepadaku. Biarkan rekan-rekannya berdiri di belakangnya. (Lalu Heraklius   berkata kepada penerjemahnya) Katakan kepadanya bahwa saya ingin bertanya tentang nabi itu, dan jangan sekali-kali ia berbohong.

Abu Sufyan      : Demi Allah, kalau  tidak karena  malu dicap sebagai pembohong, tentu saya akan berbohong.
Heraklius         : Bagaimana nasabnya diantara kalian?
Abu Sufyan      : Nasabnya tergolong bangsawan.
Heraklius         : Apa ada seorang yang mengaku seperti itu sebelumnya?
Abu Sufyan      : Tidak.
Heraklius         : Apakah ada di antara nenek moyangnya yang menjadi raja?
Abu Sufyan      : Tidak.
Heraklius         : Pengikutnya terdiri dari kaum bangsawan atau para mustadh’afin (kaum lemah) ?
Abu Sufyan      : Terdiri dari para mustadh’afin.
Heraklius         : Apakah mereka makin bertambah atau makin berkurang?
Abu Sufyan      : Makin bertambah.
Heraklius         : Apakah ada diantara mereka yang murtad karena membenci agamanya?
Abu Sufyan     : Tidak ada.
Heraklius        : Apakah kalian pernah mencurigainya berbohong sebelum ia mengaku sebagai nabi?
Abu Sufyan     : Tidak pernah.
Heraklius        : Apakah ia pernah melakukan kecurangan?
Abu Sufyan     : Tidak pernah.
Heraklius        : Apakah kalian memeranginya ?
Abu Sufyan     : Ya, benar.
Heraklius        : Bagaimana peperangan yang kalia  lakukan kepadanya?
Abu Sufyan    : Peperangan itu silih berganti, sekali dia yang menang dan lain kali kami yang menang.
Heraklius       : Apa yang dia perintahkan kepada kalian?
Abu Sufyan  : Dia memerintahkan kepada kami supaya menyembah Allah saja, dan tidak menyukutukan Allah dengan apapun, memerintahkan kami untuk meninggalkan tradisi yang diwarisi oleh nenek moyang kami, memerintahkan kami untuk mengerjakan shalat, berlaku dan berbicara jujur, memelihara kemuliaan diri dan bersilaturahmi.
Heraklius      : (Berkata melalui penerjemahnya untuk menyimpulkan dialog yang terjadi), “Saya bertanya tentang nasab orang yang mengakui nabi itu, lalu anda mengatakan bahwa dia keturunan bangsawan. Begitulah pada umumnya para rasul Allah dilahirkan dari kalangan bangsawan. Begitulah pada umumnya para rasul Allah dilahirkan dari kalangan bangsawan. Lalu saya tanyakan, apakah ada diantara kalian yang mengaku sebagai nabi sebelumnya? Anda menjawab, tidak. Kalau ada yang mengaku demikian, mungkin dia hanya ikut-ikutan dengan orang sebelumnya. Saya bertanya pula, apakah diantara nenek moyangnya menjabat menjadi raja? Anda mengatakan, tidak. Kalau ada diantara mereka yang menjadi raja, mungkin dia menutut haknya. Saya tanyakan pula, apakah kalian pernah mencuriagainya sebagai pembohong sebelum mengaku nabi? Anda mengatakan tidak, Memang tidak mungkin kalau dia tidak berbohong kepada manusia lalu berani berbohong kepada Allah. Saya tanyakan, apakah pengikutnya terdiri dari para bangsawan atau para kaum lemah? Anda mengatakan para pengikutnya terdiri dari orang-orang yang lemah. Memang, begitulah pengikut para rasul Allah. Saya tanyakan, apakah pengikutnya makin bertambah atau makin berkurang? Anda katakan makin bertambah. Memang begitulah cara kerja keimanan, hingga sempurna. Saya juga bertanya, apakah diantara pengikutnya yang murtad dan meninggalkan agamanya? Anda berkata, tidak. Begitulah cara kerja iman apabila sudah meresap ke dalam kalbu. Saya bertanya juga, apakah ia pernah berbuat curang? Anda menjawab, tidak. Begitulah para rosul Allah. Mereka tidak ada yang bersikap curang. Saya bertanya apa yang diperintahkannya kepada kalian? Anda mengatakan bahwa dia memerintahkan kalian supaya menyembah Allah dan tidak meyekutukannya dengan apa pun, melarang menyembah berhala, menyuruh kalian shalat, berbuat dan berkata jujur, serta memelihara kehormatan diri. Kalau apa yang kamu katakan itu benar, maka dia akan menguasai kedua kakiku berpijak. Aku tahu bahwa ia akan muncul, tetapi aku tidak menduga kalau dia dari golongan kalian. Kalau aku meyakini diriku bisa sampai kepadanya, tentu aku akan segera pergi menemuinya, dan kalau aku berada di sisinya, aku akan mencuci kakinya.
Abu Sufyan dan rekan-rekannya yang menghadiri pertemuan tersebut berkata, “Aku heran dengan hal-ikhwal ibnu abi kabsyah (ungkapan penghinaan mereka kepada Rasulullah saw.). Dia ditakuti oleh Raja Banil Ashfar (bangsa kulit kuning, yakni orang barat).”
Selanjutnya Abu Sufyan berkata, “ Aku senantiasa yakin bahwa dia (Muhammad saw.) akan Berjaya sehingga Allah berkenan memasukkan saya ke dalam islam. “
Dikutip dari buku : Super Mentoring Senior
Heraklius adalah seorang panglima romawi..
semoga bermanfaat.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar