Pendekatan-pendekatan Dasar Kepemimpinan
1. Membedakan
kepemimpinan dengan manajemen
2. Meringkas
kesimpulan mengenai teori sifat
3. Mengidentifikasi
batasan batasan teori perilaku
4. Mendeskripsikan
model kemungkinan Fiedler
5. Menjelaskan
teori situasional Hersey dan Blanchard
6. Meringkas
teori pertukaran pemimpin-anggota
7. Mendeskripsikan
teori jalan-tujuan
8. Mengidentifikasi
variable-variable situasional dalam model pemimpin-partisipasi
Apa itu kepemimpinan?
Kepemimpinan
atau dalam bahasa inggris sering kita dengar dengan istilah leadership adalah suatu kemampuan
personal (individu) untuk mempengaruhi sebuah kelompok agar mencapai suatu visi
atau serangkaian tujuan tertentu. Sumber
pengaruh ini bisa bersifat formal, seperti yang diberikan oleh pemangku jabatan
manajerial dalam sebuah organisasi. Karena posisi manajemen tingkat otoritas
yang diakui secara formal, seseorang bisa memperoleh peran pemimpin hanya
karena posisinya dalam organisasi tersebut, namun, tidak semua pemimpin adalah
manajer dan tidak semua manajer adalah pemipin. Hanya karena suatu organisasi
memberikan hak-hak formal tertentu kepada manajernya, bukan jaminan bahwa
mereka mampu memimpin secara efektif.
Sebelum
kita membahas tentang kepemimpinan, mari kita bahas tentang perbadaan antara
kepemimpinan dan manajemen.
Menurut
John Kottler dari Harvard Bussiness School
bahwa manajemen adalah suatu upaya terkait dengan usaha untuk menangani
kompleksitas.Manajemen yang baik menghasilkan keteraturan dan konsistensi
dengan cara mempersiapkan rencana formal, merancang struktur organisasi yang
kuat, dan memonitor hasil berdasarkan rencana.
Sedangkan
kepemipinan berkaitan dengan perubahan. Seorang pemimpin menentukan arah dengan
cara mengembangkan suatu visi masa depan; kemudian, mereka menyatukan
orang-orang dengan mengkomunikasikan visi itu dan menginspirasi mereka untuk
mengatasi berbagai rintangan.
Menurut
Robert House dari Wharton School di University of Pennsylvania mengatakan bahwa
para manajer (pemimpin) menggunakan otoritas yang inheren dengan jabatan formal
mereka untuk mendapatkan keinginan mereka dari anggota organisasi. Sedangkan
manajemen terbentuk dari implementasi visi dan strategi yang ditentukan oleh
pemimpin, koordinasi dan susunan kepegawaian organisasi, dan penanganan
berbagai permasalahan sehari-hari.
Suatu
organisasi membutuhkan kepemimpinan dan manajemen yang kuat agar efektivitasnya
optimal . di dunia yang serba dinamis seperti sekarang ini kita membutuhkan
pemimpin-pemimpin yang berani menentang status
quo, menciptakan visi masa depan, dan mengilhami anggota-anggota organisasi
untuk secara sukarela mencapai visi tersebut. kita juga membutuhkan para
manajer untuk merumuskan rencana yang mendetail, menciptakan struktur
organisasi yang efisien, dan mengawasi operasi sehari-hari.
Ada
beberapa teori yang menjelaskan tentang kepemimpinan
1.
Teori
sifat (traits theories of ledership)
Teori
sifat kepemimpinan adalah teori –teori yang mempertimbangkan berbagai sifat dan
karakteristik pribadi yang membedakan para pemimpin dan mereka yang bukan
pemimpin.
Secara
sederhana kita dapat menjelaskan teori sifat ini bahwasanya kepemimpinan itu
tidak diciptakan, namun dilahirkan. Seorang pemimpin yang membedakan dirinya
dengan orang lain, terbentuk secara cuma-cuma karena kelahirannya membawa
sifat-sifat dasar dan karakteristik
seorang pemimpin.
Seorang
pemimpin memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin, diakui dan memberi
pengaruh. Dengan kata lain, kepempinan itu tidak diciptakan namun tercipta.
Contohnya
adalah, Napoleon Bonaparte, Budhha, Margaret teacher , Curchill dan Ronald
Reagan.
Banyak
pertentangan ketika teori ini dimunculkan, sehingga pada tahun 1960 teori sifat
ini dikaitkan dengan teori 5 sifat (five
threats theory) yang di identifikasi sebagai cikal bakal kepemimpinan.
Sekedar menginatkan kembali teori 5 sifat ada di buku pertama bab 4, bisa
dibuka kembali…
2.
Teori
–teori perilaku (behavioral theories of
leadership)
Teori perilaku kepemimpinan adalah
teori-teori yang mengemukakan bahwa beberapa perilaku tertentu membedakan
pemimpin dari mereka yang bukan pemimpin.
Secara sederhana kita dapat menjelaskan
teori perilaku ini bahwasanya kempemimpinan itu tidak tercipta, namun bisa
diciptakan.
Teori
ini mematahkan teori sifat yang sebelumnya, bahwa seorang pemimpin itu tercipta
bukan diciptakan. Penelitian sifat menyediakan suatu landasan agar kita memilih
orang yang tepat yang memiliki sifat-sifat dan karakteristik seorang
pemimpin. Namun dalam teori perilaku,
kita dapat mengidentifikasi apa-apa saja perilaku yang dibutuhkan seorang pemimpin
agar dapat memimpin secara efektif dan merancang berbagai program untuk menanamkan
pola perilaku ini kedalam diri mereka yang ingin menjadi pemimpin yang
efektif. Jadi semua orang memiliki
peluang untuk menjadi seorang pemimpin
dengan mempelajari perilaku apa saja yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin.
Disini
ada beberapa kajian mengenai teori-teori perilaku yang memiliki tujuan untuk
menemukan karakteristik-karakteristik perilaku pemimpin yang dianggap
berhubungan dengan ukuran efektivitas kinerja.
1. Kajian
dari Ohio State University
Teori
perilaku kepemimpinan yang paling komprehensif dan replikatif muncul dari
penelitian yang dirintis di Ohio State University pada akhir tahun 1940-an.
Para peneliti disana berusaha mengidentifikasi dimensi-dimensi independen dari
perilaku pemimpin. Ada dua dimensi penting yaitu struktur awal dan tenggang
rasa.
-
Struktur awal (initiating structure)
Struktur awal adalah
tingkat sampai mana seorang pemimpin akan menetapkan dan menyusun perannya dan
peran para bawahannya dalam mencapai sebuah tujuan. Menekankan pada etos kerja
yang tinggi.
-
Tenggang rasa (consideration)
Tenggang rasa adalah
tingkat sampai mana seorang pemimpin akan memiliki hubungan professional yang
ditandai oleh kesalingpercayaan, rasa hormat terhadap ide-ide anak buah, dan
rasa hormat terhadap ide-ide mereka. Pemimpin semacam ini sangat memperhatikan
kesenangan, kesejahteraan, status, dan kepuasan anak buahnya.
Anak buah dari
pemimpin yang bertenggang rasa yang tinggi merasa lebih puas dengan pekerjaan
mereka dan lebih termotivasi serta memiliki rasa hormat yang lebih besar bagi
pemimpin mereka itu
Struktur awal
sebaliknya, lebih berkaitan dengan tingkat produktivitas kelompok dan
organisasi yang lebih tinggi dan evaluasi kinerja yang lebih positif.
2. Kajian
dari University of Michigan
Kelompok
Michigan juga menghasilkan dua dimensi perilaku kepemimpinan yaitu
-
Pemimpin yang berorientasi karyawan (employee oriented)
Para pemimpin yang
berorientasi pada keryawan dideskripsikan sebagai pemimpin-pemimpin yang
menekankan hubungan antarpersonal; mementingkan kebutuhan para karyawan dan
menerima perbedaan individual diantara para anggota.
-
Pemimpin yang berorientasi produksi (production oriented)
Para pemimpin yang berorientasi
pada produksi cenderung menekankan aspek-aspek teknis atau tugas dari
pekerjaan-perhatian utama mereka adalah penyelesaian tugas-tugas kelompok, dan
anggota kelompok adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Penelitian
ini menyimpulkan dan menganjurkan kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan.
Kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan lebih meningkatkan produktifitas
karyawan dan kepuasan kerja yang lebih baik.
3.
Teori
kemungkinan
Ada kalanya teori sifat dan teori perilaku tidak sepenuhnya
berfungsi dan berpengaruh terhadap efektifitas kinerja para karyawan. Teori kemungkinan
menjelaskan tentang berbagai macam kepemimpinan yang berhubungan dengan situasi
tertentu.. Ada lima pendekatan dalam teori kepemimpinan ini.
1.
Model
fiedler
Model
kepemimpinan pertama yang komprehensif dikembangkan oleh Fred Fiedler. Model
kemungkinan Fiedler (Fiedler Contingency
Model) menyatakan bahwa kinerja kelompok yang efektif bergantung pada
kesesuaian antara gaya kepemimpinan dan sejauh mana situasi tersebut memberikan
kendali kepada pemimpin tersebut.
Tahap-tahap
menggunakan model Fiedler
-
Mengidentifikasi
gaya kepemimpinan.
Tahap pertama untuk kepemimpinan yang berhasil adalah dengan
mencari gaya dasar kepemimpinan seorang individu. Jadi, ia mulai mencari tahu
apa gaya dasar tersebut. fiedler lalu menyusun sebuah kuisioner rekan kerja yang paling tidak disukai (least preferred coworker-LPC-questionaire)
dari kuisioner ini akan member kita informasi apakah seseorang berorientasi
kepada tugas atau hubungan. Kuisioner LPC merupakan kumpulan 16 kata
16
kata sifat yang saling berlawanan. seperti (menyenangkan-tidak menyenangkan,
efisien-tidak efisien). fiedler meminta respondennya untuk mengingat semua
rekan kerja mereka dan mendeskripsikan satu orang diantara diantara mereka yang
paling tidak mereka sukai untuk mereka aja kerja sama dengan cara member nilai
pada orang tersebut dengan skala 1 sampai 8 untuk tiap-tiap 16 kumpulan kata
sifat yang saling berlawanan di atas. Fiedler yakin bahwa berdasarkan
jawaban-jawaban para koresponden dalam kuisioner LPC ini, ia bisa menenukan
gaya dasar kepemimpinan mereka. jika nilai LPC tinggi maka responden tersebut
ingin menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerjanya tersebut dan disebut
sebagai orang yang berorientasi hubungan.
jika nilai LPC rendah maka di interpretasikan bahwa responden tersebut pada dasarnya tertarik pada
produktifitas dan disebut sebagai orang yang berorientasi tugas.
Fiedler
mengasumsikan gaya kepemimpinan seseorang bersifat tetap atau tidak akan
berubah. Asumsi ini secara khusus penting karena itu artinya bahwa bila suatu
situasi membutuhkan seorang yang berorientasi tugas sedangkan yang memimpin
saat itu adalah seorang yang berorientasi hubungan, situasi tersebut harus
diubah atau pemimpin tersebut harus diganti bila efektifitas yang optimal ingin
dicapai.
-
Memahami
situasinya
Langkah
selanjutnya adalah dengan mamahami situasinya, setelah gaya kepemimpinan dasar
seseorang sudah diketahui melalui LPC, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah
mencocokkan pemimpin dengan situasi. Fiedler mengidentifikasikan tiga dimensi
kemungkinan yang, menurutnya, menentukan factor-faktor situasional kunci yang
menentukan efektifitas kepemimpinan.
Ketiga factor tersebut adalah :
o
Hubungan
pemimpin-anggota: tingkat kepatuhan, kepercayaan, dan
rasa hormat para anggota terhadap pemimpin mereka
o
Struktur
tugas : tingkat sejauh mana penentuan pekerjaan diproseduralkan
(yaitu terstruktur atau tidak terstruktur)
o
Kekuatan
posisi : tingkat pengaruh yang dimiliki oleh seorang pemimpin atas
variable-variabel kuasa seperti perekrutan, pemecatan, pendisiplinan, promosi,
dan kenaikan gaji.
Langkah berikutnya
dalam model fiedler adalah mengevaluasi situasi menurut tiga variable
kemungkinan ini. Apakah hubungan pemimpin anggota baik atau buruk, apakah
struktur tugas tinggi atau rendah, apakah kekuatan posisi kuat atau lemah.
Karena tiga variable ini sangat bersinergis satu sama lain. Secara keseluruhan,
dengan memadukan ketiga dimensi kemungkinan ini, akan muncul delapan situasi
atau kategori yang berbeda di mana para pemimpin bisa menemukan diri mereka.
-
Mencocokkan
pemimpin dan situasi
Dengan mengetahui LPC seseorang dan nilai dari tiga dimensi
kemungkinan yang disebutkan sebelumnya, model Fiedler bermaksud mencocokkan
keduanya untuk mencapai efektifitas kepemimpinan yang maksimal. Ingatlah bahwa
fiedler menganggap gaya kepemimpinan seseorang sebagai sesuatu yang tetap.
Karena itu, hanya ada dua cara untuk meningkatkan efektivitas pemimpin.
Pertama, dengan mengganti pemimpin
agar sesuai dengan situasi yang ada atau kedua adalah dengan mengubah situasi
agar sesuai dengan sang pemimpin.
-
Evaluasi
Kembali
lagi ke konsep dasar dari perilaku organisasi bahwasanya manusia itu sangatkah
kompleks, maka dengan teori dan ujicoba fiedler tersebut belum bisa mendekati
valid. Artinya, tidak selalu penilaian responden stabil. Kadang pada prakteknya
teori ini kadang tidak sesuai.
-
Teori
sumber daya kognitif
Fiedler dan kawannya melakukan
konseptualisasi ulang yang mereka sebut dengan teori sumber daya koginitif.
Teori sumber daya kognitif adalah teori kepemimpinan yang menyatakan bahwa
stress secara negatif mempengaruhi suatu situasi serta kecerdasan dan
pengalaman bisa mengurangi pengaruh stress yang dirasakan pemimpin. Secara
khusus , mereka berfokus pada peran stress sebagai salah satu bentuk
situasional yang kurang menguntungkan serta bagaimana kecerdasan dan pengalaman
seorang pemimpin mempengaruhi reaksinya terhadap stress.
Inti dari teori ini adalah stress
merupakan musuh rasionalitas. Sulit bagi pemimpin (atau bagi siapapun) untuk
berpikir secara logis dan analitis ketika mereka sedang stress. Selain itu,
peran kecerdasan dan pengalaman seorang pemimpin dalam kaitannya dengan
efektifitas bberbeda dalam situasi stress tingkat randah dan tinggi. Fiedler
dan gracia menemukan bahwa kemampuan intelektual seorang pemimpin berhubungan
secara positif dalam situasi stress tingkat rendah dan secara negatif dalam
situasi stress tingkat tinggi. Sebaliknya , pengalaman seorang pemimpin
berhubungan secara negatif dalam situasi stress tingkat randah dan secara
positif dalam situasi stress tingkat tinggi. Jadi, menurut mereka tingkat
stress yang terkandung dalam suatu
situasi menentukan apakah kecerdasan
atau pengalaman individu yang akan memberikan kontribusi bagi kinerja
kepemimpinan.
2.
Teori
situasional Hersey dan Blanchard
SLT (Situasional leadership Theory) adalah
teori kemungkinan yang berfokus pada kesiapan para pengikut. Kepemimpinan yang
berhasil dicapai dengan cara memilih gaya kepemimpinan yang benar, dan menurut
Hersey dan Blanchard bergantung pada tingkat kesiapan para pengikut. SLT
berasumsi bahwa bila seorang pengikut tidak mampu dan tidak bersedia, pemimpin
harus memberikan pengarahan secara jelas dan spesifik; bila pengikut tidak
mampu, namun bersedia, pemimpin menampilkan orientasi tugas yang tinggi untuk
mengimbangi kurangnya kemampuan para pengikut serta orientasi hubungan yang
juga tinggi untuk membuat para pengikut “menuruti” keinginan pemimpin; apabila
para pengikut mampu namun tidak bersedia, pemimpin harus menggunakan gaya yang
suportif dan partisipatif; sementara bila karyawan mampu dan bersedia, pemimpin
tidak perlu berbuat banyak.
3.
Teori
pertukaran pemimpin-anggota
LMX (Leader Member
Exchange) teori pertukaran pemimpin-anggota adalah penciptaan kelompok
kelompok kesayangan dan kelompok bukan kesayangan oleh para pemimpin;
bawahan-bawahan dengan status kelompok kesayangan memperoleh penilaian kinerja
yang lebih tinggi, pergantian yang lebih rendah, dan kepuasan kerja yang lebih
baik.
Penilaian yang menjadi dasar pemilihan
pemimpin atas kelompok kesayangan adalah berdasarkan karekteristik kepribadian
dan sikap yang mirip dengan pemimpin tersebut atau tingkat kompetensi yang
lebih tinggi daripada anggota-anggota bukan kesayangan.
4.
Teori
jalan-tujuan
Path-goal
theory atau teori jalan-tujuan adalah teori yang mengemukakan bahwa
merupakan tugas pemimpin untuk membantu para pengikut dalam mencapai
tujuan-tujuan mereka dan untuk memberi pengarahan yang dibutuhkan dan/ atau dukungan untuk
memastikan bahwa tujuan-tujuan mereka selaras dengan tujuan umum kelompok atau
organisasi.
Perilaku
pemimpin – house mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan
§ Pemimpin yang direktif :
memberi tahu para pengikut mengenai apa yang
diharapkan dari mereka, menentukan pekerjaan yang harus mereka selesaikan, dan
memberikan bimbingan khusus terkait dengan cara menyelesaikan berbagai tugas
tersebut
§ Pemimpin yang suportif: adalah
pemimpin yang ramah dan memperhatikan kebutuhan para pengikut
§ Pemimpin yang partisipatif :
berunding dengan para pengikut dan menggunakan saran-saran mereka sebelum
mengambil suatu keputusan
§ Pemimpin yang berorientasi
pencapaian : menetapkan tujuan-tujuan yang besar dan
mengharapkan para pengikutnya untuk bekerja dengan sangat baik. Berlawanan
dengan Friedler, House berasumsi bahwa pemimpin itu fleksibel dan bahwa
pemimpin yang sama bisa menampilkan satu atau seluruh perilaku ini bergantung
pada situasi yang ada.
5.
Model
pemimpin-partisipasi
Victor
vroom dan Philip yetton mengembangkan sebuah model pemimpin-partisipasi (leader-participation
model) yang mengaitkan perilaku kepemimpinan dan partisipasi dalam pembuatan
keputusan. Sebuah teori kepemimpinan yang menyediakan serangkaian peraturan
untuk menentukan bentuk dan jumlah pembuatan keputusan partisipatif dalam
berbagai situasi yang berbeda.
Dikuti
dari buku : Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Stephen P. Robbins-
Timothy A. Judge