Minggu, 30 Desember 2012

PO- on notes


Pendekatan-pendekatan Dasar Kepemimpinan


Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu:
1.      Membedakan kepemimpinan dengan manajemen
2.      Meringkas kesimpulan mengenai teori sifat
3.      Mengidentifikasi batasan batasan teori perilaku
4.      Mendeskripsikan model kemungkinan Fiedler
5.      Menjelaskan teori situasional Hersey dan Blanchard
6.      Meringkas teori pertukaran pemimpin-anggota
7.      Mendeskripsikan teori jalan-tujuan
8.      Mengidentifikasi variable-variable situasional dalam model pemimpin-partisipasi

Apa itu kepemimpinan?
Kepemimpinan atau dalam bahasa inggris sering kita dengar dengan istilah leadership adalah suatu kemampuan personal (individu) untuk mempengaruhi sebuah kelompok agar mencapai suatu visi atau serangkaian tujuan tertentu.  Sumber pengaruh ini bisa bersifat formal, seperti yang diberikan oleh pemangku jabatan manajerial dalam sebuah organisasi. Karena posisi manajemen tingkat otoritas yang diakui secara formal, seseorang bisa memperoleh peran pemimpin hanya karena posisinya dalam organisasi tersebut, namun, tidak semua pemimpin adalah manajer dan tidak semua manajer adalah pemipin. Hanya karena suatu organisasi memberikan hak-hak formal tertentu kepada manajernya, bukan jaminan bahwa mereka mampu memimpin secara efektif.
Sebelum kita membahas tentang kepemimpinan, mari kita bahas tentang perbadaan antara kepemimpinan dan manajemen.
Menurut John Kottler dari Harvard Bussiness School  bahwa manajemen adalah suatu upaya terkait dengan usaha untuk menangani kompleksitas.Manajemen yang baik menghasilkan keteraturan dan konsistensi dengan cara mempersiapkan rencana formal, merancang struktur organisasi yang kuat, dan memonitor hasil berdasarkan rencana.
Sedangkan kepemipinan berkaitan dengan perubahan. Seorang pemimpin menentukan arah dengan cara mengembangkan suatu visi masa depan; kemudian, mereka menyatukan orang-orang dengan mengkomunikasikan visi itu dan menginspirasi mereka untuk mengatasi berbagai rintangan.
Menurut Robert House dari Wharton School di University of Pennsylvania mengatakan bahwa para manajer (pemimpin) menggunakan otoritas yang inheren dengan jabatan formal mereka untuk mendapatkan keinginan mereka dari anggota organisasi. Sedangkan manajemen terbentuk dari implementasi visi dan strategi yang ditentukan oleh pemimpin, koordinasi dan susunan kepegawaian organisasi, dan penanganan berbagai permasalahan sehari-hari.
Suatu organisasi membutuhkan kepemimpinan dan manajemen yang kuat agar efektivitasnya optimal . di dunia yang serba dinamis seperti sekarang ini kita membutuhkan pemimpin-pemimpin yang berani menentang status quo, menciptakan visi masa depan, dan mengilhami anggota-anggota organisasi untuk secara sukarela mencapai visi tersebut. kita juga membutuhkan para manajer untuk merumuskan rencana yang mendetail, menciptakan struktur organisasi yang efisien, dan mengawasi operasi sehari-hari.
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kepemimpinan
1.      Teori sifat (traits theories of ledership)
Teori sifat kepemimpinan adalah teori –teori yang mempertimbangkan berbagai sifat dan karakteristik pribadi yang membedakan para pemimpin dan mereka yang bukan pemimpin.
Secara sederhana kita dapat menjelaskan teori sifat ini bahwasanya kepemimpinan itu tidak diciptakan, namun dilahirkan. Seorang pemimpin yang membedakan dirinya dengan orang lain, terbentuk secara cuma-cuma karena kelahirannya membawa sifat-sifat dasar  dan karakteristik seorang pemimpin.
Seorang pemimpin memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin, diakui dan memberi pengaruh. Dengan kata lain, kepempinan itu tidak diciptakan namun tercipta.
Contohnya adalah, Napoleon Bonaparte, Budhha, Margaret teacher , Curchill dan Ronald Reagan.
Banyak pertentangan ketika teori ini dimunculkan, sehingga pada tahun 1960 teori sifat ini dikaitkan dengan teori 5 sifat (five threats theory) yang di identifikasi sebagai cikal bakal kepemimpinan. Sekedar menginatkan kembali teori 5 sifat ada di buku pertama bab 4, bisa dibuka kembali…

2.      Teori –teori perilaku (behavioral theories of leadership)
Teori perilaku kepemimpinan adalah teori-teori yang mengemukakan bahwa beberapa perilaku tertentu membedakan pemimpin dari mereka yang bukan pemimpin.
Secara sederhana kita dapat menjelaskan teori perilaku ini bahwasanya kempemimpinan itu tidak tercipta, namun bisa diciptakan.
Teori ini mematahkan teori sifat yang sebelumnya, bahwa seorang pemimpin itu tercipta bukan diciptakan. Penelitian sifat menyediakan suatu landasan agar kita memilih orang yang tepat yang memiliki sifat-sifat dan karakteristik seorang pemimpin.  Namun dalam teori perilaku, kita dapat mengidentifikasi apa-apa saja perilaku yang dibutuhkan seorang pemimpin agar dapat memimpin secara efektif dan merancang berbagai program untuk menanamkan pola perilaku ini kedalam diri mereka yang ingin menjadi pemimpin yang efektif.  Jadi semua orang memiliki peluang untuk  menjadi seorang pemimpin dengan mempelajari perilaku apa saja yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin.
Disini ada beberapa kajian mengenai teori-teori perilaku yang memiliki tujuan untuk menemukan karakteristik-karakteristik perilaku pemimpin yang dianggap berhubungan dengan ukuran efektivitas kinerja.
1.      Kajian dari Ohio State University
Teori perilaku kepemimpinan yang paling komprehensif dan replikatif muncul dari penelitian yang dirintis di Ohio State University pada akhir tahun 1940-an. Para peneliti disana berusaha mengidentifikasi dimensi-dimensi independen dari perilaku pemimpin. Ada dua dimensi penting yaitu struktur awal dan tenggang rasa.
-          Struktur awal (initiating structure)
Struktur awal adalah tingkat sampai mana seorang pemimpin akan menetapkan dan menyusun perannya dan peran para bawahannya dalam mencapai sebuah tujuan. Menekankan pada etos kerja yang tinggi.
-          Tenggang rasa (consideration)
Tenggang rasa adalah tingkat sampai mana seorang pemimpin akan memiliki hubungan professional yang ditandai oleh kesalingpercayaan, rasa hormat terhadap ide-ide anak buah, dan rasa hormat terhadap ide-ide mereka. Pemimpin semacam ini sangat memperhatikan kesenangan, kesejahteraan, status, dan kepuasan anak buahnya.
Anak buah dari pemimpin yang bertenggang rasa yang tinggi merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka dan lebih termotivasi serta memiliki rasa hormat yang lebih besar bagi pemimpin mereka itu
Struktur awal sebaliknya, lebih berkaitan dengan tingkat produktivitas kelompok dan organisasi yang lebih tinggi dan evaluasi kinerja yang lebih positif.

2.      Kajian dari University of Michigan

Kelompok Michigan juga menghasilkan dua dimensi perilaku kepemimpinan yaitu
-          Pemimpin yang berorientasi karyawan (employee oriented)
Para pemimpin yang berorientasi pada keryawan dideskripsikan sebagai pemimpin-pemimpin yang menekankan hubungan antarpersonal; mementingkan kebutuhan para karyawan dan menerima perbedaan individual diantara para anggota.
-          Pemimpin yang berorientasi produksi (production oriented)
Para pemimpin yang berorientasi pada produksi cenderung menekankan aspek-aspek teknis atau tugas dari pekerjaan-perhatian utama mereka adalah penyelesaian tugas-tugas kelompok, dan anggota kelompok adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Penelitian ini menyimpulkan dan menganjurkan kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan. Kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan lebih meningkatkan produktifitas karyawan dan kepuasan kerja yang lebih baik.

3.      Teori kemungkinan

Ada kalanya teori sifat dan teori perilaku tidak sepenuhnya berfungsi dan berpengaruh terhadap efektifitas kinerja para karyawan. Teori kemungkinan menjelaskan tentang berbagai macam kepemimpinan yang berhubungan dengan situasi tertentu.. Ada lima pendekatan dalam teori kepemimpinan ini.

1.      Model fiedler
Model kepemimpinan pertama yang komprehensif dikembangkan oleh Fred Fiedler. Model kemungkinan Fiedler (Fiedler Contingency Model) menyatakan bahwa kinerja kelompok yang efektif bergantung pada kesesuaian antara gaya kepemimpinan dan sejauh mana situasi tersebut memberikan kendali kepada pemimpin tersebut.
Tahap-tahap menggunakan model Fiedler
-          Mengidentifikasi gaya kepemimpinan.
Tahap pertama untuk kepemimpinan yang berhasil adalah dengan mencari gaya dasar kepemimpinan seorang individu. Jadi, ia mulai mencari tahu apa gaya dasar tersebut. fiedler lalu menyusun sebuah kuisioner rekan kerja yang paling tidak disukai (least preferred coworker-LPC-questionaire) dari kuisioner ini akan member kita informasi apakah seseorang berorientasi kepada tugas atau hubungan. Kuisioner LPC merupakan kumpulan 16 kata
16 kata sifat yang saling berlawanan. seperti (menyenangkan-tidak menyenangkan, efisien-tidak efisien). fiedler meminta respondennya untuk mengingat semua rekan kerja mereka dan mendeskripsikan satu orang diantara diantara mereka yang paling tidak mereka sukai untuk mereka aja kerja sama dengan cara member nilai pada orang tersebut dengan skala 1 sampai 8 untuk tiap-tiap 16 kumpulan kata sifat yang saling berlawanan di atas. Fiedler yakin bahwa berdasarkan jawaban-jawaban para koresponden dalam kuisioner LPC ini, ia bisa menenukan gaya dasar kepemimpinan mereka. jika nilai LPC tinggi maka responden tersebut ingin menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerjanya tersebut dan disebut sebagai orang yang berorientasi hubungan. jika nilai LPC rendah maka di interpretasikan bahwa responden  tersebut pada dasarnya tertarik pada produktifitas dan disebut sebagai orang yang berorientasi tugas.
Fiedler mengasumsikan gaya kepemimpinan seseorang bersifat tetap atau tidak akan berubah. Asumsi ini secara khusus penting karena itu artinya bahwa bila suatu situasi membutuhkan seorang yang berorientasi tugas sedangkan yang memimpin saat itu adalah seorang yang berorientasi hubungan, situasi tersebut harus diubah atau pemimpin tersebut harus diganti bila efektifitas yang optimal ingin dicapai.
-          Memahami situasinya

Langkah selanjutnya adalah dengan mamahami situasinya, setelah gaya kepemimpinan dasar seseorang sudah diketahui melalui LPC, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mencocokkan pemimpin dengan situasi. Fiedler mengidentifikasikan tiga dimensi kemungkinan yang, menurutnya, menentukan factor-faktor situasional kunci yang menentukan efektifitas kepemimpinan.
 Ketiga factor tersebut adalah :
o   Hubungan pemimpin-anggota: tingkat kepatuhan, kepercayaan, dan rasa hormat para anggota terhadap pemimpin mereka
o   Struktur tugas : tingkat sejauh mana penentuan pekerjaan diproseduralkan (yaitu terstruktur atau tidak terstruktur)
o   Kekuatan posisi : tingkat pengaruh yang dimiliki oleh seorang pemimpin atas variable-variabel kuasa seperti perekrutan, pemecatan, pendisiplinan, promosi, dan kenaikan gaji.

Langkah berikutnya dalam model fiedler adalah mengevaluasi situasi menurut tiga variable kemungkinan ini. Apakah hubungan pemimpin anggota baik atau buruk, apakah struktur tugas tinggi atau rendah, apakah kekuatan posisi kuat atau lemah. Karena tiga variable ini sangat bersinergis satu sama lain. Secara keseluruhan, dengan memadukan ketiga dimensi kemungkinan ini, akan muncul delapan situasi atau kategori yang berbeda di mana para pemimpin bisa menemukan diri mereka.

-          Mencocokkan pemimpin dan situasi
Dengan mengetahui LPC seseorang dan nilai dari tiga dimensi kemungkinan yang disebutkan sebelumnya, model Fiedler bermaksud mencocokkan keduanya untuk mencapai efektifitas kepemimpinan yang maksimal. Ingatlah bahwa fiedler menganggap gaya kepemimpinan seseorang sebagai sesuatu yang tetap. Karena itu, hanya ada dua cara untuk meningkatkan efektivitas pemimpin.
Pertama, dengan mengganti pemimpin agar sesuai dengan situasi yang ada atau kedua adalah dengan mengubah situasi agar sesuai dengan sang pemimpin.

-          Evaluasi
Kembali lagi ke konsep dasar dari perilaku organisasi bahwasanya manusia itu sangatkah kompleks, maka dengan teori dan ujicoba fiedler tersebut belum bisa mendekati valid. Artinya, tidak selalu penilaian responden stabil. Kadang pada prakteknya teori ini kadang tidak sesuai.

-          Teori sumber daya kognitif
Fiedler dan kawannya melakukan konseptualisasi ulang yang mereka sebut dengan teori sumber daya koginitif. Teori sumber daya kognitif adalah teori kepemimpinan yang menyatakan bahwa stress secara negatif mempengaruhi suatu situasi serta kecerdasan dan pengalaman bisa mengurangi pengaruh stress yang dirasakan pemimpin. Secara khusus , mereka berfokus pada peran stress sebagai salah satu bentuk situasional yang kurang menguntungkan serta bagaimana kecerdasan dan pengalaman seorang pemimpin mempengaruhi reaksinya terhadap stress.
Inti dari teori ini adalah stress merupakan musuh rasionalitas. Sulit bagi pemimpin (atau bagi siapapun) untuk berpikir secara logis dan analitis ketika mereka sedang stress. Selain itu, peran kecerdasan dan pengalaman seorang pemimpin dalam kaitannya dengan efektifitas bberbeda dalam situasi stress tingkat randah dan tinggi. Fiedler dan gracia menemukan bahwa kemampuan intelektual seorang pemimpin berhubungan secara positif dalam situasi stress tingkat rendah dan secara negatif dalam situasi stress tingkat tinggi. Sebaliknya , pengalaman seorang pemimpin berhubungan secara negatif dalam situasi stress tingkat randah dan secara positif dalam situasi stress tingkat tinggi. Jadi, menurut mereka tingkat stress yang terkandung dalam  suatu situasi menentukan apakah  kecerdasan atau pengalaman individu yang akan memberikan kontribusi bagi kinerja kepemimpinan.
2.      Teori situasional Hersey dan Blanchard
 SLT (Situasional leadership Theory) adalah teori kemungkinan yang berfokus pada kesiapan para pengikut. Kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan cara memilih gaya kepemimpinan yang benar, dan menurut Hersey dan Blanchard bergantung pada tingkat kesiapan para pengikut. SLT berasumsi bahwa bila seorang pengikut tidak mampu dan tidak bersedia, pemimpin harus memberikan pengarahan secara jelas dan spesifik; bila pengikut tidak mampu, namun bersedia, pemimpin menampilkan orientasi tugas yang tinggi untuk mengimbangi kurangnya kemampuan para pengikut serta orientasi hubungan yang juga tinggi untuk membuat para pengikut “menuruti” keinginan pemimpin; apabila para pengikut mampu namun tidak bersedia, pemimpin harus menggunakan gaya yang suportif dan partisipatif; sementara bila karyawan mampu dan bersedia, pemimpin tidak perlu berbuat banyak.
3.      Teori pertukaran pemimpin-anggota
LMX (Leader Member Exchange) teori pertukaran pemimpin-anggota adalah penciptaan kelompok kelompok kesayangan dan kelompok bukan kesayangan oleh para pemimpin; bawahan-bawahan dengan status kelompok kesayangan memperoleh penilaian kinerja yang lebih tinggi, pergantian yang lebih rendah, dan kepuasan kerja yang lebih baik.
 Penilaian yang menjadi dasar pemilihan pemimpin atas kelompok kesayangan adalah berdasarkan karekteristik kepribadian dan sikap yang mirip dengan pemimpin tersebut atau tingkat kompetensi yang lebih tinggi daripada anggota-anggota bukan kesayangan.
4.      Teori jalan-tujuan
Path-goal theory atau teori jalan-tujuan adalah teori yang mengemukakan bahwa merupakan tugas pemimpin untuk membantu para pengikut dalam mencapai tujuan-tujuan mereka dan untuk memberi pengarahan  yang dibutuhkan dan/ atau dukungan untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan mereka selaras dengan tujuan umum kelompok atau organisasi.
Perilaku pemimpin – house mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan
§  Pemimpin yang direktif : memberi tahu para pengikut mengenai apa yang diharapkan dari mereka, menentukan pekerjaan yang harus mereka selesaikan, dan memberikan bimbingan khusus terkait dengan cara menyelesaikan berbagai tugas tersebut
§  Pemimpin yang suportif: adalah pemimpin yang ramah dan memperhatikan kebutuhan para pengikut
§  Pemimpin yang partisipatif : berunding dengan para pengikut dan menggunakan saran-saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan
§  Pemimpin yang berorientasi pencapaian : menetapkan tujuan-tujuan yang besar dan mengharapkan para pengikutnya untuk bekerja dengan sangat baik. Berlawanan dengan Friedler, House berasumsi bahwa pemimpin itu fleksibel dan bahwa pemimpin yang sama bisa menampilkan satu atau seluruh perilaku ini bergantung pada situasi yang ada.


5.      Model pemimpin-partisipasi
Victor vroom dan Philip yetton mengembangkan sebuah model pemimpin-partisipasi (leader-participation model) yang mengaitkan perilaku kepemimpinan dan partisipasi dalam pembuatan keputusan. Sebuah teori kepemimpinan yang menyediakan serangkaian peraturan untuk menentukan bentuk dan jumlah pembuatan keputusan partisipatif dalam berbagai situasi yang berbeda.


Dikuti dari buku : Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Stephen P. Robbins- Timothy A. Judge